Sabtu, 09 Januari 2016

Sahabatku Bola

Aku kenal bola sejak aku kecil, kira-kira disaat aku berumur 4 tahun. Disaat aku melihat bola seperti ada kebahagiaan yg bisa di dapat di saat memainkannya. Benar saja setiap senja menjelang aku selalu memainkannya entah dengan teman sepermainan ataupun bermain sendiri. Dia tumbuh bersamaku hingga sampai saat aku terakhir memainkannya nya tepatnya beberapa bulan yg lalu. Banyak cerita di saat aku bermain bola di saat TK aku senang memainkannya di lapangann yg seharusnya untuk bulutangkis namun kujadikan lapangan bola bersama teman - temanku. Berlari tanpa kenal lelah dan tak teringat waktu berjalan begitu cepat hingga di penhujung permainan dengan tanda adzan magrib yg berarti permainan kami harus terhenti, bersegeralah kami pulang untuk mandi dan melaksanakan sholat magrib. Kesenangan itu terus belanjut hingga di saat aku sudah SD aku bersekolah di SDN Perwira IV aku mencoba mengikuti sebuah ekstrakulikuler Sepak Bola. Disaat itu aku sangat menggilai bola, dan mulai lah hobby dan cita-citaku ada lah bermain dengan bola disaat itu orang tua ku setuju aku jadi pemain bola. Turnament pertamaku dimulai, aku sangat gugup sekali karena itu pertama kalinya aku bermain di tonton oleh orang banyak rasanya campur aduk sekali, aku dipilih oleh pelatih dan diberikan Nomor Punggung 11. Ah senangnya menurut ku itu nomor yg bagus, kalau di film Tsubasa 11 itu adalah nomor punggung Misaki wah sosok yg sangat sabar dalam bermain, aku pun mulai mengikutinya dengan bermain sabar. Waktu terus berjalan hingga aku sudah SMP aku bersekolah si SMPN 5 disaat itu aku masih sangat menggilai bola lalu aku mengikuti Ekstrakulikuler Futsal di SMP tersebut aku banyak mendapatkan teman dari futsal tersebut, ini kah kebahagiaan yg di janjikan oleh bola tersebut kebahagiaan yg tak kenal waktu dan membuatku bersemangat menghabiskan waktu di saat SMP dengan bola. Waktu sangat cepat berlalu dan disaat itu pula kedua orang tua ku berubah fikiran dan tidak menyetujui cita - cita ku menjadi pemain sepak bola, aku harus melanjutkan gelar yg ingin di dapat orang tua ku dan melanjutkan pekerjaannya yaitu sebagai arsitek. Aku hanya bisa menuruti kemauan orang tua ku sebagai anak, dan untuk pertama kalinya aku sama sekali kehilangan hastrat untuk bermain dengan bola. Hari - hari ku berjalan dengan cepat tanpa banyak waktu yg kuhabiskan dengan bermain bola. Sungguh kebahagiaan dr masa kecil ku yg sudah hilang dan tidak sama. Hingga sampai sekarang saat aku kuliah aku benar-benar tidak hasrat bermain dengan bola hingga saat aku punya penyakit aku benar-benar sudah tidak bisa bermain dengan bola. Terima kasih bola kamu telah memberikan kebahagiaan kepadaku, terima kasih telah menemani ku tumbuh hingga dewasa dan maaf aku tidak bisa bermain denganmu lagi mencari kebahagiaan seperti dulu semua tidak sama lagi dan berbeda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar